Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global
Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global

Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global

Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global
Teknologi AI: Persaingan Ketat di Industri Global

Teknologi AI Terus Berkembang Pesat Dalam Beberapa Tahun Terakhir Sehingga Mendorong Berbagai Perusahaan Teknologi Untuk Terus Bersaing. Di mana, persaingan ini terjadi dalam menghadirkan model kecerdasan buatan yang lebih terjangkau, efisien, dan canggih bagi masyarakat global. Salah satu perusahaan yang mulai menarik perhatian dalam industri ini adalah DeepSeek. Yang mana, perusahaan ini merupakan sebuah startup asal Tiongkok yang berupaya menantang dominasi OpenAI. Perusahaan ini sendiri mengklaim mampu mengembangkan chatbot AI dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah di bandingkan ChatGPT. Yang mana, dalam kurun waktu dua bulan, DeepSeek berhasil menciptakan dua model AI unggulan. Produk unggulan mereka yaitu DeepSeek-V3 dan DeepSeek-R1. Di mana, dengan anggaran hanya sekitar USD 6 juta atau setara dengan Rp 97 miliar mereka dapat memproduksi produk tersebut. Jika di lakukan perbandingan, biaya yang di perlukan untuk membangun ChatGPT-4 di laporkan mencapai USD 63 juta atau hampir 1 triliun rupiah.

Kemudian, perbedaan ini menimbulkan perdebatan di kalangan eksekutif teknologi. Terutama, terkait efektivitas biaya dalam pengembangan teknologi AI tersebut. Serta, strategi yang paling efisien untuk menciptakan model kecerdasan buatan yang kompetitif di pasar global.

Mark Zuckerberg dan Satya Nadella selaku CEO Meta dan CEO Microsoft memberikan pendapat mereka. Di mana, ia menyatakan bahwa pengembangan teknologi AI membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur komputasi. Lebih lanjut, Zuckerberg menegaskan bahwa investasi dalam pengeluaran modal dan infrastruktur akan memberikan keunggulan strategis dalam jangka panjang. Kemudian, denada dengan itu, Nadella menjelaskan bahwa terdapat besaran biaya yang di keluarkan untuk sebuah teknologi. Dalam hal ini ialah AI, di perlukan untuk mengatasi hambatan kapasitas yang selama ini menjadi kendala bagi perusahaan dalam mengoptimalkan kecerdasan buatan. Sehingga menurutnya, dengan meningkatnya efisiensi dan kemudahan akses terhadap teknologi AI. Maka, permintaan terhadap AI akan terus bertumbuh secara signifikan dalam waktu dekat.

Anggaran Besar Untuk Pengembangan Teknologi AI

Microsoft dan Meta telah mengalokasikan Anggaran Besar Untuk Pengembangan Teknologi AI. Di mana, Microsoft menetapkan dana sebesar USD 80 miliar untuk tahun fiskal 2025. Sementara itu, Meta mengalokasikan USD 65 miliar untuk sektor yang sama. Sehingga, jika di bandingkan dengan jumlah yang di gunakan DeepSeek untuk mengembangkan model AI mereka. Maka, anggaran yang di keluarkan oleh dua raksasa teknologi ini jauh lebih besar. Kemudian, hal ini menunjukkan bahwa investasi dalam teknologi AI tidak hanya terbatas pada biaya pengembangan model. Namun, juga mencakup infrastruktur serta aspek pendukung lainnya. Lebih lanjut, para analis teknologi menanggapi perbedaan angka investasi ini dengan beragam pandangan. Terlihat, beberapa berpendapat bahwa jumlah yang di klaim DeepSeek lebih mencerminkan biaya daya komputasi semata. Yang mana, ini bukan keseluruhan biaya yang di butuhkan untuk pengembangan teknologi AI secara penuh.

Daniel Newman seorang analis dari Futurum Group menyampaikan pandangannya. Di mana, ia menekankan bahwa dengan besarnya anggaran yang di keluarkan oleh perusahaan-perusahaan besar. Tentu, mereka mengharapkan keuntungan dari investasi tersebut. Namun, ia juga menambahkan bahwa kemunculan DeepSeek menjadi pengingat bagi industri teknologi Amerika Serikat. Yang mana, persaingan dalam ranah teknologi AI semakin ketat. Di sisi lain, Amy Hood selaku Chief Financial Officer Microsoft menyampaikan temuannya. Yang mana, ia memperkirakan bahwa pengeluaran modal perusahaan untuk teknologi AI dalam dua kuartal mendatang akan tetap berada di kisaran USD 22,6 miliar.

Selanjutnya, persaingan antara DeepSeek dan OpenAI semakin memanas dengan perbedaan mencolok dalam biaya pengembangan. Di mana, DeepSeek mengklaim bahwa biaya produksi model AI mereka 40 kali lebih murah. Ini jika di bandingkan model multimodal yang di kembangkan OpenAI di bawah kepemimpinan Sam Altman. Yang meskipun kedua model AI mampu menghasilkan teks yang menyerupai bahasa manusia. Namun, DeepSeek menegaskan bahwa AI mereka memiliki akurasi yang lebih tinggi serta pemahaman yang lebih mendalam. Terutama, terhadap informasi faktual dan pertanyaan yang lebih kompleks.

Tawaran Aksesibilitas Yang Lebih Luas

Teknologi AI yang di terapkan dalam model ini berfokus pada efisiensi serta keakuratan data yang di hasilkan. Yang mana, salah satu perbedaan utama antara DeepSeek dan ChatGPT terletak pada skema harga langganan. DeepSeek sendiri memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan mereka secara gratis dan tanpa batasan. Namun sebaliknya, OpenAI menawarkan ChatGPT dalam dua versi yaitu gratis dan premium. Di mana, jika pengguna yang menginginkan fitur lebih lengkap dapat berlangganan GPT-4 Turbo dengan biaya USD 20 per bulan. Sehingga, perbedaan skema harga ini membuat DeepSeek menjadi alternatif menarik bagi pengguna yang ingin memanfaatkan teknologi AI tanpa biaya tambahan. Kemudian, selain sistem langganan, kebijakan lisensi yang di terapkan kedua perusahaan juga memiliki perbedaan mendasar.

Hal ini terlihat, sejak DeepSeek-R1 di rilis di bawah lisensi MIT. Yang mana, ini memungkinkan siapa saja untuk mendistribusi, memodifikasi, dan menggunakannya secara bebas tanpa perlu membayar biaya tambahan. Namun, pengembang yang menggunakan model ini wajib menyertakan kode utama DeepSeek dalam proyek mereka. Sebaliknya, OpenAI masih mempertahankan ChatGPT sebagai model tertutup. Meskipun sebelumnya Sam Altman sempat menyatakan niatnya untuk membuka akses model AI mereka bagi komunitas pengembang. Namun, hingga kini OpenAI tetap menerapkan kebijakan lisensi yang lebih restriktif di bandingkan DeepSeek.

Mengingat Tawaran Aksesibilitas Yang Lebih Luas, DeepSeek tetap menghadapi beberapa keterbatasan. Di mana, sebagai model AI yang berbasis di Tiongkok, chatbot ini harus mematuhi regulasi lokal terkait sensor konten. Ini berakibat, DeepSeek memiliki pembatasan dalam menanggapi pertanyaan terkait topik politik tertentu. Di sisi lain, ChatGPT tidak menerapkan batasan spesifik berdasarkan negara. Namun, tetap menghadapi tantangan hukum berbeda seperti persoalan privasi data dan hak cipta. OpenAI bahkan telah menghadapi beberapa tuntutan hukum terkait pembuatan konten serta potensi penyalahgunaan data milik pihak lain.

DeepSeek Lebih Unggul Dalam Aspek Teknis

Dalam hal performa, keunggulan masing-masing model AI bergantung pada kebutuhan pengguna. Di mana, ChatGPT unggul dalam aspek percakapan serta kreativitas yang menjadikannya pilihan ideal. Terutama, bagi pengguna yang memerlukan teknologi AI untuk menghasilkan konten inovatif dan interaktif. Di sisi lain, model AI buatan OpenAI memiliki akses terhadap berbagai informasi terbaru. Sehingga, ini dapat memberikan respons yang lebih relevan terhadap peristiwa terkini. Sebaliknya, DeepSeek Lebih Unggul Dalam Aspek Teknis termasuk penyelesaian persamaan matematika, logika penalaran, dan pemrograman. Dengan demikian, teknologi AI yang di kembangkan oleh masing-masing perusahaan memiliki keunggulan tersendiri tergantung pada kebutuhan pengguna.

Terakhir, mengingat persaingan di sektor kecerdasan buatan semakin intens. Di tambah dengan hadirnya DeepSeek sebagai penantang baru yang berupaya menggoyahkan dominasi OpenAI. Perusahaan-perusahaan teknologi besar kini berlomba mengembangkan model AI yang memiliki daya saing tinggi, efisien, dan maju. Hal ini terlihat dari masing-masing perusahaan mengadopsi pendekatan yang berbeda. Yang mana, hal ini baik dalam hal strategi kebijakan, struktur biaya, dan pengembangan. Tentu, pada akhirnya ini yang menjadikan setiap model AI memiliki keunggulan serta keterbatasannya sendiri. Dalam beberapa tahun ke depan, perkembangan industri ini di prediksi akan semakin menarik untuk disimak. Hal ini terutama terkait bagaimana para pelaku industri menyesuaikan diri dengan perubahan. Serta, meningkatkan daya saing mereka dalam menghadirkan solusi AI yang lebih inovatif dan mudah di akses. Dengan demikian, masa depan industri kecerdasan buatan akan semakin kompetitif seiring dengan pesatnya kemajuan Teknologi AI.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait