Profil Hilman Latief Usai Kantornya Digeledah KPK Menjadi Sorotan Karena Keterlibatannya Dalam Dugaan Kasus Korupsi Kuota Haji Nasional. Peristiwa ini terjadi setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan penggeledahan di Kementerian Agama pada Rabu, 13 Agustus 2025. Ruangan kerja Hilman, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), menjadi salah satu target penggeledahan. KPK menyita dokumen penting dan barang bukti elektronik untuk memperkuat penyelidikan yang sedang berjalan.
Situasi ini menimbulkan perhatian luas dari publik dan media. Hilman sendiri belum memberikan tanggapan substantif terkait penggeledahan tersebut. Ia hanya menyampaikan bahwa saat KPK datang, dirinya tidak berada di tempat. Pernyataan singkat itu membuat publik semakin penasaran mengenai latar belakang dan perjalanan karier pejabat ini.
Sebagai pejabat publik, Profil Hilman Latief memang menarik untuk ditelusuri. Lahir di Tasikmalaya pada 12 September 1975, Hilman memiliki rekam jejak panjang di dunia akademik, khususnya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Sebelum menjabat sebagai Dirjen PHU, ia dikenal sebagai akademisi dan penggerak filantropi di lingkungan Muhammadiyah.
Perjalanan hidupnya yang berawal dari pendidikan pesantren hingga menempuh studi internasional di Amerika Serikat dan Belanda memperlihatkan dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Namun, kasus yang kini menyeret namanya menjadi ujian besar bagi reputasi yang telah ia bangun selama bertahun-tahun. Dari sinilah, publik mulai menaruh perhatian pada siapa sebenarnya Hilman Latief dan bagaimana perjalanan kariernya hingga berada di posisi strategis ini.
Riwayat Pendidikan Dan Karier Awal
Lahir dan besar di lingkungan pesantren, Hilman tumbuh dalam suasana sarat nilai keagamaan dan kedisiplinan. Riwayat Pendidikan Dan Karier Awal dimulai ketika ia menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut, tempat yang menjadi fondasi kuat bagi pemahaman agama dan pembentukan karakter. Lingkungan pesantren membekalinya dengan ilmu agama serta sikap disiplin yang menjadi modal berharga dalam kariernya. Setelah menamatkan pendidikan di pesantren, Hilman melanjutkan studi ke Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, pada bidang Studi Islam. Ia meraih gelar sarjana pada 1999 dan dua tahun kemudian menuntaskan pendidikan magister di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 2002, sebuah capaian yang menandai awal kiprahnya di dunia akademik.
Keseriusan Hilman dalam pendidikan tinggi membawanya melangkah ke kancah internasional. Pada 2005, ia melanjutkan studi perbandingan agama di Western Michigan University, Amerika Serikat, yang memperluas wawasan akademiknya. Tujuh tahun berselang, ia menyelesaikan program doktor di Utrecht University, Belanda, dengan penelitian yang memperkaya ilmu keislaman dan studi sosial. Bekal pendidikan dari dalam dan luar negeri memberinya perspektif global yang ia terapkan setelah kembali ke Indonesia. Hilman pun aktif mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), membawa pengalaman internasionalnya ke ruang kuliah dan membimbing mahasiswa dengan pendekatan yang terbuka.
Pengabdian Hilman di dunia akademik menjadi salah satu ciri khasnya. Ia memegang berbagai posisi strategis. Jabatan itu antara lain Asisten Wakil Rektor, Direktur Lembaga Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M), serta Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UMY. Di luar kampus, Hilman memimpin Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah Muhammadiyah (LazisMu). Kiprahnya menunjukkan dedikasi tidak hanya pada pendidikan, tetapi juga kegiatan sosial. Peran-peran ini membentuk citranya sebagai akademisi berintegritas, visioner, dan aktif berkontribusi bagi kemaslahatan publik.
Profil Hilman Latief Dalam Lintasan Karier Pejabat Publik
Transformasi Hilman dari akademisi menjadi pejabat publik merupakan perjalanan penuh dinamika dan tantangan. Profil Hilman Latief Dalam Lintasan Karier Pejabat Publikdimulai saat ia dilantik oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pada 1 Oktober 2021 sebagai Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU). Penunjukan ini bukan hanya penghargaan atas kiprahnya di dunia akademik dan organisasi, tetapi juga amanah besar untuk mengelola urusan haji yang kompleks. Sebagai Dirjen PHU, Hilman bertanggung jawab mengatur kuota haji, meningkatkan layanan jemaah, serta melakukan koordinasi lintas lembaga dan negara. Posisi tersebut menempatkannya di pusat perhatian publik, apalagi haji adalah ibadah yang menyentuh jutaan umat Muslim Indonesia.
Perjalanan kariernya berlanjut ketika pada Januari 2025, Menteri Agama Nasaruddin Umar kembali mempercayakan jabatan strategis itu kepadanya. Keputusan ini mencerminkan keyakinan pemerintah terhadap kemampuannya menjalankan tugas dengan profesionalitas tinggi. Hilman telah membangun hubungan baik dengan berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan besar seperti Muhammadiyah yang menjadi salah satu basis dukungannya. Namun, di balik kepercayaan tersebut, jabatan ini juga sarat tantangan dan potensi risiko. Pengelolaan kuota haji yang melibatkan anggaran besar menjadikan setiap kebijakan berada di bawah sorotan publik. Di tengah situasi ini, Profil Hilman Latiefmenjadi perhatian utama, terutama saat isu yang menguji integritas dan reputasinya muncul ke permukaan.
Kini, dengan mencuatnya dugaan kasus korupsi kuota haji, Hilman menghadapi fase terberat dalam kariernya. Meski proses hukum masih berlangsung dan belum ada putusan final, publik berharap ia mampu memberikan klarifikasi yang transparan. Setiap langkahnya kini dinilai oleh aparat penegak hukum dan masyarakat luas. Bagaimanapun hasil akhirnya, kasus ini akan menjadi salah satu bab penting dalam perjalanan hidupnya, membentuk citra di mata publik dan meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah pengabdiannya sebagai pejabat publik.
Dampak Penggeledahan KPK Terhadap Karier Hilman
Dampak Penggeledahan KPK Terhadap Karier Hilmanmenjadi sorotan besar publik setelah peristiwa pada 13 Agustus 2025. Pada hari itu, tim penyidik KPK mendatangi kantor Kementerian Agama. Mereka fokus melakukan penggeledahan di lantai 5 dan 6 gedung utama, termasuk ruang kerja Hilman Latief selaku Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Dari hasil operasi tersebut, sejumlah dokumen penting dan barang bukti elektronik berhasil diamankan. KPK juga mengapresiasi sikap kooperatif pihak Kementerian Agama yang mempermudah investigasi.
Tindakan KPK ini langsung memicu berbagai reaksi di masyarakat. Sebagian publik menilai langkah tersebut sebagai bentuk ketegasan pemberantasan korupsi. Pihak lain berharap Hilman dapat membuktikan dirinya tidak terlibat langsung dalam kasus dugaan penyalahgunaan kuota haji. Dukungan moral mengalir dari keluarga serta rekan-rekannya di Muhammadiyah. Mereka percaya bahwa integritas Hilman akan teruji melalui proses hukum ini. Situasi ini juga memicu diskusi di media sosial, dengan beragam opini yang memperkuat perhatian publik terhadap kasus ini. Sejumlah tokoh masyarakat bahkan menyerukan agar proses hukum berjalan transparan tanpa intervensi pihak mana pun.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa jabatan publik membawa konsekuensi besar terhadap reputasi seseorang. Setiap kebijakan yang diambil selalu berada di bawah pengawasan publik. Hal ini semakin kuat jika isu yang dibahas menyangkut pengelolaan dana haji. Bagi Hilman, momen ini adalah ujian yang menuntut keteguhan sikap dan transparansi. Ia juga perlu kemampuan menjelaskan fakta kepada masyarakat luas. Banyak pihak menilai bahwa cara Hilman merespons situasi ini akan mempengaruhi pandangan publik jangka panjang. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambilnya saat ini akan menjadi catatan penting dalam sejarah kariernya
Apapun hasil dari proses hukum yang sedang berjalan, peristiwa ini akan tetap tercatat dalam perjalanan karier Hilman. Sorotan publik terhadap integritas dan rekam jejaknya akan terus melekat. Kasus ini menjadi salah satu episode paling menantang dalam Profil Hilman Latief.