Kelapa Sawit: Pilar Strategis Perekonomian Nasional
Kelapa Sawit Merupakan Komoditas Unggulan Yang Memiliki Peran Krusial Dalam Perkembangan Perekonomian Nasional Dalam Negeri. Di mana, kontribusinya tidak hanya berdampak pada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, juga membuka lapangan kerja serta memperkuat dominasi ekspor Indonesia di pasar global. Tercatat sebagai sektor strategis, Kelapa Sawit terus berkembang dengan dukungan kebijakan pemerintah dan inovasi industri. Di mana, terdapat data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI. Data ini menunjukkan bahwa produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) pada Oktober 2024 mencapai 4.843 ribu ton. Di mana, hasil produksi ini meningkat 9,69% jika di bandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 4.415 ribu ton. Namun, secara tahunan, tercatat produksi hingga Oktober 2024 mencapai 43.780 ribu ton. Di mana, grafik tersebut mengalami penurunan sebesar 4,56% dari capaian 45.776 ribu ton di 2023. Meskipun terjadi fluktuasi produksi, namun permintaan terhadap Kelapa Sawit tetap tinggi.
Yang mana, ini baik untuk konsumsi domestik maupun kebutuhan ekspor. Sehingga, data tersebut menegaskan pentingnya industri ini bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di dalam negeri, konsumsi Kelapa Sawit meningkat dari 1.989 ribu ton pada bulan September menjadi 2.083 ribu ton di bulan Oktober. Yang seiring dengan itu, ekspor Kelapa Sawit juga mengalami lonjakan. Di mana, tercatat nilai lonjakan dari 2.260 ribu ton di bulan September menjadi 2.888 ribu ton pada Oktober 2024. Di mana, grafik mencatat kenaikan sebesar 27,79%.
Kemudian, peningkatan ekspor terbesar terjadi pada produk turunan CPO yang naik dari 1.573 ribu ton menjadi 2.071 ribu ton. Dalam hal ini, produksi meningkat sebesar 31,66%. Selain itu, ekspor CPO melonjak dari 128 ribu ton menjadi 345 ribu ton pada Oktober 2024. Di mana, ini mengalami kenaikan hingga 169,53%.
Peningkatan Ekspor Kelapa Sawit Pada Oktober 2024
Ekspor produk oleokimia sendiri mengalami penurunan dari 408 ribu ton menjadi 354 ribu ton. Jika di hitung dalam persentase, ini mengalami penurunan sebesar 13,23%. Data yang menyebutkan bahwa Peningkatan Ekspor Kelapa Sawit Pada Oktober 2024 tersebut juga terjadi ke berbagai negara. Di mana, negara seperti Malaysia, Bangladesh, Timur Tengah, Pakistam, Afrika, Uni Eropa, dan India juga terjadi. Namun, ekspor ke China dan Amerika Serikat mengalami penurunan. Tercatat, ekspor Kelapa Sawit ke India meningkat signifikan dari 242 ribu ton menjadi 719 ribu ton. Sementara itu, ekspor ke Uni Eropa naik dari 230 ribu ton menjadi 294 ribu ton. Begitu pula dengan ekspor ke Pakistan, yang meningkat dari 174 ribu ton menjadi 237 ribu ton. Di lanjutkan ke Timur Tengah yang naik dari 112 ribu ton menjadi 171 ribu ton.
Selanjutnya, ekspor ke Bangladesh meningkat dari 35 ribu ton menjadi 111 ribu ton. Serta, ke Malaysia dari 73 ribu ton menjadi 91 ribu ton. Maka dari itu, untuk memperkuat industri Sawit nasional, Holding PTPN III (Persero), PT Riset Perkebunan Nusantara, dan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute mengadakan Seminar Nasional. Seminar tersebut bertajuk “Peran Strategis Kelapa Sawit Menuju Indonesia Emas 2045”. Ini membahas strategi dan kebijakan yang di perlukan. Yang mana, ini berguna untuk memastikan keberlanjutan sektor Kelapa Sawit dalam mendukung visi besar Indonesia Emas 2045.
Puspita Suryaningtyas selaku Perwakilan dari Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas menyampaikan pendapatnya. Di mana, ia menyatakan bahwa pemerintah telah memberlakukan Undang-Undang No. 59 Tahun 2024. UU tersbeut mengatur tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Dalam RPJPN ini, Kelapa Sawit di tempatkan sebagai komoditas strategis. Ini akan terus di kembangkan melalui empat pendekatan utama. Di mulai dari penguatan ekosistem industrialisasi dan peningkatan kapasitas produksi dalam negeri. Kemudian, penguatan daya saing industri untuk ekspansi global, serta pencapaian target ekspor yang lebih tinggi.
Memiliki Potensi Besar Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Dwi Sutoro selaku Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), menegaskan pernyataanya. Yang mana, Kelapa Sawit Memiliki Potensi Besar Dalam Pertumbuhan Ekonomi Nasional. Namun, industri ini masih menghadapi tantangan utama seperti isu keberlanjutan lingkungan. Serta, tata kelola industri yang lebih efisien. Oleh karena itu, PTPN berkomitmen untuk memperkuat peran industri Kelapa Sawit melalui optimalisasi produktivitas. Di lanjutkan dengan pengembangan produk turunan sawit, serta peningkatan daya saing di pasar global. Yang mana, upaya ini di lakukan dengan tetap memperhatikan aspek sosial dan lingkungan.
Sebagai bagian dari transformasi industri, PTPN mengakselerasi berbagai program strategis sesuai dengan kebijakan nasional. Yang mana, PTPN berupaya meningkatkan hilirisasi sektor pangan, termasuk peningkatan produksi minyak goreng. Target tersebut di mulai dari 0,3 juta ton menjadi 1,1 juta ton per tahun. Selain itu, sebanyak 78 ribu hektare lahan Sawit juga telah di remajakan. Upaya lainnya mencakup pengembangan energi terbarukan melalui pemanfaatan bioetanol, biodisel, Bio-CNG, dan biogas juga telah di lakukan. Bungaran Saragih selaku Dewan Pembina PASPI menambahkan bahwa pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%. Di mana untuk mencapainya, sektor Kelapa Sawit harus menjadi motor utama dalam hilirisasi pertanian. Dengan pendekatan hilirisasi yang lebih masif, target pertumbuhan ekonomi ini di yakini bisa tercapai. Maka dari itu, Kelapa Sawit harus menjadi pelopor dalam pengembangan hilirisasi sektor pertanian.
Bungaran juga menekankan pentingnya peningkatan produktivitas dan perluasan perkebunan Kelapa Sawit. Hal ini baik oleh petani kecil maupun perusahaan besar. di mana, jika strategi ini di implementasikan dengan baik, Kelapa Sawit tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi besar. Namun, juga membantu menjaga keseimbangan lingkungan global. Iman Yani Harahap selaku Direktur PT RPN mengungkapkan tantangan terbesar bagi industri Kelapa Sawit ke depan. Tantangan tersebut ialah pemenuhan kebutuhan dalam negeri tanpa mengabaikan potensi perolehan devisa dari ekspor.
Langkah Strategis Yang Harus Terus Di Lakukan
Salah satu Langkah Strategis Yang Harus Terus Di Lakukan terhadap tantangan tersebut adalah peningkatan produktivitas perkebunan Kelapa Sawit. Di mana, PT RPN telah mengembangkan berbagai strategi, termasuk inovasi dalam agronomi dan pemuliaan tanaman. Upaya ini di lakukan melalui pengembangan benih unggul yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. PT RPN semakin mengadopsi inovasi digital dalam sektor teknologi pertanian. Di mana, ini untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri Sawit.
Teknologi sensor dan IoT juga di gunakan untuk memantau kesehatan tanaman serta mengelola nutrisi secara lebih presisi. Selain itu, penggunaan drone dan citra satelit di terapkan guna meningkatkan akurasi dalam pemetaan. Di sisi lain, mekanisasi perkebunan terus di kembangkan untuk mengoptimalkan operasional dan menekan biaya produksi. Dalam aspek keberlanjutan, PT RPN berfokus pada pencegahan degradasi tanah serta peningkatan kualitas lahan. Tentu, ini dengan memanfaatkan produk samping dari industri Kelapa Sawit. Penerapan praktik pertanian berkelanjutan serta sertifikasi seperti ISPO dan RSPO juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang perusahaan. Sehingga, tetap kompetitif dan berkelanjutan demi mendukung visi Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju dengan ekonomi yang tangguh dan inklusif dengan mendukung hilirisasi produk Kelapa Sawit.